Bloobs.id – Hal yang paling ditunggu setelah sebulan bekerja adalah gajian. Namun seringnya, baru beberapa hari gajian, saldo di rekening sudah tiris.
Gaji seolah numpang lewat saja. Kamu tidak tahu ke mana larinya hasil kerjamu sebulan.
Jika kamu sering mengalami situasi seperti ini, berarti ada yang salah dengan pengelolaan keuanganmu.
Kira-kira apa saja ya yang bisa membuat keuangan “bocor halus”? Simak diagnosis berikut ini:
- Malas mencatat pengeluaran
Meski sering dianggap sepele, mencatat pengeluaran setiap bulan sangat penting untuk memahami kondisi keuangan.
Bisa jadi selama ini keuanganmu “besar pasak daripada tiang”. Alias, pengeluaran kamu ternyata lebih besar dibandingkan pemasukan.
Jika hal ini terjadi, kamu bisa menyusun ulang kebutuhanmu berdasarkan prioritasnya. Jika malas mencatat secara manual, kamu bisa manfaatkan fitur Neo Jurnal di aplikasi neobank. Gratis! Jadi, kamu bisa terus memantau pengeluaranmu dengan baik.
- Tidak bisa membedakan kebutuhan dan keinginan
Masih banyak orang yang kesulitan membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Mana hal-hal yang esensial dan mana yang remeh. Ini juga salah satu penyebab utama “bocor halus” dalam pengelolaan anggaran bulanan.
Kalau kamu selalu menuruti keinginan, sebanyak apa pun gaji kamu, tidak akan pernah cukup untuk memenuhinya. Soalnya keinginan atau nafsu itu akan selalu ada. Selalu bertambah.
Agar mampu membedakan antara kebutuhan dan keinginan, kamu bisa mencatat apa saja kebutuhan yang jadi prioritas dalam sebulan, kemudian lakukan budgeting dengan membagi uang ke berbagai pos pengeluaran. Begitu juga untuk keinginan, seperti belanja dan jajan. Siapkan anggaran khusus untuk itu.
- Sering melakukan pembelian tidak terencana
Jalan-jalan ke mal bukannya healing, malah bikin dompet pening. Impulsive buying, alias pembelian yang tak terencana, merupakan salah satu biang kerok. Kamu sering membenarkan impulsive buying dengan dalih-dalih seperti “mumpung diskon” atau “kapan lagi ketemu barang lucu semacam ini!?”
- Terlalu fokus hidup untuk hari ini dan lupa akan masa depan
Terlalu menikmati hari ini, namun abai akan masa depan. Banyak orang masih bergaya hidup YOLO (you only live once). Bagi mereka, hidup kan cuma sekali, mau ngapain lagi? Mumpung punya duit, ya nikmati saja.
Menikmati hidup boleh saja, tapi jangan terlalu berlebihan. Kamu juga perlu menyiapkan masa depan. Jangan sampai kamu terlalu boros dan berfoya-foya karena prinsip YOLO ini.
- Merasa takut merasa ketinggalan tren
FOMO atau fear of missing out sering kali dialami para muda-mudi. Karena takut ketinggalan hal baru, mereka berusaha untuk selalu mengikuti tren. Teman ngajakin nongkrong ke kafe baru, berangkat. Ada gawai terbaru keluar, langsung ganti.
Padahal kebutuhan setiap orang berbeda-beda. Begitu pula situasi finansialnya. Mengikuti tren demi berbaur dengan teman serta keluarga bukanlah hal buruk. Namun, kamu harus tahu di mana batasnya.
- Kurangnya literasi keuangan
Sebagian dari kita sudah mengenyam materi ekonomi sejak SMP. Kita tahu berbagai teori ekonomi, siapa nama Bapak Ekonomi Dunia, dan lain sebagainya. Namun, literasi keuangan seperti cara pengelolaan keuangan, investasi, pajak, dan lain sebagainya tidak pernah diajarkan di sekolah.
Hasilnya ya pengelolaan keuangan yang tidak optimal seperti yang kita bicarakan saat ini.
Banyak orang yang baru mulai belajar soal pengelolaan keuangan setelah menginjak umur 30, atau 40 tahunan. Memang tak pernah ada kata terlambat untuk belajar sesuatu. Namun, alangkah baiknya jika kamu belajar mengelola keuangan sejak dini.
Jadi kamu tak harus makan mi instan seminggu penuh karena saldo di rekening sudah habis. Tak perlu meminjam uang dari teman atau orangtua, apalagi pinjol yang tak diawasi OJK.
Baca Berita Lainnya di Google News
